Carilah tempat terbaik, orang2 terbaik, dan bicarakan hal2 yg baik, insyallah qt akan jadi yang terbaik

Download Modul

Rabu, 09 Mei 2012

Say No To ” Ikhwit ” dan ” Akhwit ”

ciungwanara- Bismillahirrahmanirrahim.. ” Ukhti, statusmu itu lho selalu membuatku bersemangat, jantungku berdebar-debar, pokoknya ana bangga mengenal ukhti. Maukah ukhti menjadi orang yang mengajarkan ana tentang ilmu…bla..bla..bla..” akhirnya nafsu berbicara. *** ” Akhi, ana kagum dengan st...atus-status akhi di Facebook, jujur saja sana membutuhkan orang yang mau membimbing ana dunia akhirat…bla..bla..bla..” kucing dikasih ikan, susah ditolak. ================================= Kali ini saya ingin membahas masalah “Ikhwit” (Ikhwan Genit) dan “Akhwit” (Akhwat Genit), karna masalah ini ternyata masih banyak yang tidak menyadarinya. Seorang ” Ikhwit” sangat senang membuat status-status ‘islami” , namun dibelakang itu semua masih suka chating dengan wanita yang bukan mahram dengan kata-kata mesra, merayu, bahkan membawa agama demi memperlancar aksinya. Seorang “Ikhwit” akan dengan gencar memakai sok ‘arab’ meski yang dia tahu hanya kata, akhi dan ukhti, juga kata Ta’aruf. Karna menurutnya itu cukup untuk menggaet seorang akhwat dalam rayuan mautnya, mengenalkan sejurus tipu daya syetan. Lalu mengajak wanita untuk ta’arufan padahal ngajak pacaran Seorang “Ikhwit” akan terus terlihat sempurna didepan akhwat, kata-katanya yang dibuat bijak, atau mengambil dalih-dalih, terlihat sepintar mungkin. Ini semua dilakukan untuk menggaet kaum hawa yang memang mudah terjebak dalam rayuan apalagi kalau melihat sang adam sempurna. Seorang ” Ikhwit” akan senang dengan chating dengan para akhwat, alasannya sih dakwah, tapi yang dibicarakan jauh dari dakwah. Rayuan-rayuan yang dibungkus dengan gaya-gaya islami semisal : ukhti, jangan lupa sholat tahajjud, doakan saya dan tentu ukhti akan selalu saya doakan agar segera..bla..bla..bla. *** Seorang “Akhwit” akan selalu berdandan secantik mungkin, untuk menarik si ikhwan terutama ikhwan genit. Dengan pesonanya dia mampu menggaet setiap ikhwan yang menatapnya penuh harap. Seorang “Akhwit” senang sekali membalas rayuan seorang ikhwan tertuama para ikhwit yang memang sama-sama genit. Tak ada hijab, tak ada adab, tak ada rasa malu. Mereka saling merayu dan bergembira dengan syetan. Seorang “Akhwit” akan senang dengan kata-kata sok islami untuk mengundang para ikhwit. Bahkan dibumbui kata-kata mesra yang dibungkus secara rapi dengan kata islami yang menyejukkan. Seorang “Akhwit” sangat senang diberi perhatian lebih, digoda, dirayu. Bahkan membalasnya dengan tak kalah mesra, tak kalah mendayu sehingga ikhwit terpana dengan kata-katanya. Seorang “Akhwit” senang dengan memperlihatkan lekuk-lekuk auratnya walaupun rambut tertutup kerudun tapi badan berlapis pakaian serba ketat. Menjadikan hal yang wajar seolah-olah bahwa islam memperbolehkannya asalkan aurat tertutup meski dengan pakaian serba ketat. *** Mari kita perbaiki diri dengan sebaik-baiknya perbaikan, bukan hanya memperbaiki diluarnya saja namun dibelakang masih suka dengan hal-hal maksiat. Meski manusia tidak melihatmu berbuat, yakinlah Allah Azza Wa Jalla melihat perbuatanmu. Azzam kan diri kita untuk baik dihadapan Allah Azza Wa Jalla, bukan hanya karena dilihat manusia kita menjadi baik. Beranikan diri kita untuk menolak kemaksiatan dalam bentuk apapun, dan jauhkan diri kita dari hal-hal yang merusak akhlaq. Iffah dan Izzah harus selalu dijaga dan dipertahankan, jangan sampai kita termasuk dalam kriteria “ikhwit” atau ” akhwit”, apalagi didunia serba maya yang hanya dirimu dan dirinya yang tahu, ingatlah bukan hanya kita yang tahu segala yang kita perbuat. Tapi Allah selalu memperhatikan setiap detik apa yang kita lakukan. “ Ilmu itu adalah pemimpin, takut adalah pengemudi, sedangkan nafsu adalah kuda yang mogok diantara keduanya yang menipu dan berpura-pura. Waspadalah dan jagalah dia dengan siasat ilmu dan kemudikan dia dengan ancaman ketakutan, maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau harapkan.”( Umar bin Utsman) Wallahua’lam bish shawwab. NB : Maaf bila ada yang tersinggung, ambil yang baik dan buang yang buruk. Tanamkan kebenaran dalam hatimu.

Mahkotamu adalah Malu Bismillahirrahmanirrahim.. Di eraglobalisasi saat ini,sepertinya malu sudah hilang di telan keadaan jaman. Aurat seakan tak lagi jadi penghalang,berduaan dengan yang bukan mahrom seperti menjadi faktor kebiasaan,zina menjadi ajang adu hebat kalo tak berzina gak gaul lah atau gak keren lah. “Ras...a malu itu hanya mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim) Tentu dari hadits di atas Rasulullah telah gamblang menjelaskan,namun sayang mahkota dari rasa malu telah hilang dari para wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia yang terindah. Jejak kegilaan jaman dengan para syetan yang membisikan kamu untuk bermaksiat tanpa kamu sadari atau malah kamu sadar akan perbuatan mereka,namun rasa apatis atau rasa cuek karna ingin di bilang gaul,seksi atau keren telah merusak keimananmu. “Iman itu terdiri dari 70 sekian atau 60 sekian cabang. Cabang iman yang paling utama adalah ucapan la ilaha illalloh. Sedangkan cabang iman yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari tempat berlalu lalang. Rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hanya karna buta akan pujian,buta sanjungan,kamu lepas pakaian imanmu dan berganti dengan pakaian seksi. Atau kamu kira kamu telah ikut trend atas nama agama ini,dengan kerudung ketat,baju ketat celana ketat atau bahakan rasa malu mu pun ikut ketat. Jadi merasa senang dengan serba ketatmu yang bebas di pandang orang lain dengan penuh nafsu. Berbanggalah karna mereka melihatmu dengan nafsu. ‘Aisyah Radhiyyallahu ‘Anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata, “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” Masyaallah..begitu tipiskah keimanan ini sampai malu pun ikut menipis. Tak sadarkah kamu bahwa mahkotamu yang paling mulia adalah Rasa malumu. Tak sadarkah dirimu bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala sedang memuliakan dirimu dengan adanya Jilbab,dengan melarangmu untuk mendekati zina seprti khalwat ataupun zina itu sendiri,ini semua demi memuliakan diri mu sendiri bukan hanya sekedar perintah Allah. Peliharalah rasa malu itu pada diri mu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan umum. Wallahu’alam bi Shawwab.

Merelakannya untuk-Nya Bismillahirrahmanirrahim.. Harapan itu seolah-olah sirna, aku melihatnya bergandengan tangan dengan orang lain. Bukankah dia tahu bahwa aku akan segera meminangnya, namun mengapa dia tidak peduli bahwa aku sangat mencintainya. Apakah yang selama ini dia berikan untukku bukan sebentuk kasih say...ang nya? Sungguh aku masih berharap dia memberikan cintanya padaku, bukan pada yang lain. Tak ada yang lain yang mampu mengisi hidupku. *** Kebutaanmu terhadap pemberian makhluk seakan-akan lupa bahwa Allah lah yang memberi ini semua. Kamu sering kali berharap-harap pada makhluk-Nya dan terlupa bahwa ada yang lebih pantas untuk diharapkan. Rasa peminta minta yang ada di dirimu pada makhlukNya kadang kala membuat hatimu meradang, terluka, namun kamu tak peduli karena kamu merasa bahwa makhluk-Nya lebih mampu memberi. Itukah dirimu? Harusnya kamu malu, meminta-minta selain pada-Nya. Bukankah hanya Dia yang mampu mengabulkan setiap permintaanmu. Mengapa kamu masih suka meminta-minta sebelum kamu melihat kemurahan-Nya? Kebiasaanmu meminta tidak diimbangi kebiasaanmu memberi, mengapa meminta begitu mudah sedangkan memberi begitu sulit kamu lakukan? Itu karena rasa ikhlasmu untuk tunduk pada-Nya masih sebatas keinginanmu agar dikabulkan olehNya, bukan menjadi sebuah kebutuhanmu yang memang dengan ketundukanmu, Dia mengabulkan keinginanmu. Coba renungkan, seberapa banyak kamu mengadu pada-Nya disaat kamu meminta sesuatu dan seberapa banyak kamu memberi pengorbananmu untuk-Nya? Keinginanmu jauh lebih banyak ketimbang pengorbananmu, karena ketika kamu sedih dan membutuhkanNya, kamu medekatiNya. Lalu apakah kamu masih mendekati-Nya ketika kamu dalam keadaan berbahagia? Sungguh keadilanmu perlu kamu perbaiki, padahal kamu tahu tak ada lagi yang harus kamu harapkan selain kemurahan-Nya. Bilakah kamu kecewa pada makhluk-Nya, maka kurangilah mengharap terhadap sesuatu yang membuatmu kecewa. Makin sedikit harapan pada makhluk-Nya. Makin sedikit kekecewaan yang akan mendatangimu. Bila semua yang ada di dunia kamu senangi termasuk cinta pada makhluk-Nya tanpa di naungi cinta-Nya, maka bersiaplah kekecewaan dan kesedihan selalu mendampingimu. Bukankah kamu tahu ada yang Dzat yang tidak akan pernag mengecewakanmu? Yaa..beralihlah untuk berharap pada Allah Azza Wa Jalla, karena hanya Dia lah yang mampu menampung setiap harapan dan keinginanmu. Tapi ada sebab tentu ada akibat, bila kamu ingin mendapatkan kemurahan-Nya, tentu kam harus mau berkorban untuk-Nya, mentaati segala kehendak-Nya. Karena tentu semua ini hanya untuk kebaikanmu bukan untuk-Nya. Bila kamu cerdas, maka kamu akan segera berjalan pada-Nya dengan bergegas. Sebab keindahan dunia yang kerap kali membutakanmu terlebih dibutakan oleh cinta, tak akan pernah membuatmu puas. Sungguh hanyalah penyesalan yang akan kamu dapatkan karena mengabdi pada cinta yang tidak abadi. Tapi sungguh berbahagialah bagi kamu yang meraih dunia untuk merengkuh yang di akhirat, tentu karena hal ini diakibatkan kecintaanmu pada-Nya. Maka yakinkanlah dirimu, lepaskanlah, relakanlah kecintaan pada makhluk-Nya berganti dengan kecintaan pada-Nya. Cinta yang sejati hanyalah untuk-Nya, dari-Nya dan milik-Nya, sedangkan kecintaanmu pada makhluk-Nya hanyalah pantulan dari cahaya cinta-Nya. Wallahua’lam bish Shawwab.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))

Posting Komentar