Assalamualaikum Wr. Wb
Ya Alloh, Ya Hayyu Ya Qayyum.
Wahai Yang Maha Menatap, Catatkan siapapun yang hadir ini menjadi
hamba-hamba yang Engkau cintai. Jadikan pertemuan ini penghapus dosa
kami. Jadikan majelis ini membuka mata hati kami, Ya Alloh. Golongkan
kami menjadi orang yang haqqul yaqin kepadaMu. Golongkan kami menjadi
orang yang istiqamah sampai akhir hayat khusnul khatimah. Kami
berlindung kepadaMu dari ilmu amal yang tiada Engkau ridhoi. Wahai yang
Maha Menatap, kumpulkanlah siapapun yang hadir saat ini di sorgamu, Ya
Karim. Amin ya Allah ya Rabbal ‘alamin.
Hadirin, apakah Alloh
sedang Menatap kita? Jawab… Yakin? Apakah Alloh sedang Mendengarkan
apapun yang terucap? Apakah Alloh Menyaksikan segala-gala yang terjadi?
Apakah Alloh Tahu isi hati kita? Apakah Alloh SWT Tahu setiap masalah
yang sedang kita hadapi? Siapa yang paling tahu jalan keluar terbaik?
Alloh… Apakah Alloh akan menyia-nyiakan orang yang meminta kepadaNya?
Dunia berikut isinya milik siapa? Alhamdulillah.
Kalau keyakinan itu sudah mendarah daging dalam diri kita, akhlak
akan langsung berubah. Kalau kita sering mendengar akhlak Rasulullah:
indah, kuat, tegar, sabar, syukur, sejuk, mantap. Semua itu buah
keyakinan kepada Alloh. Jadi kalau kita mempelajari shirah Nabawiyah,
kita mempelajari sejarah Nabi. Kenapa beliau begitu kuat ketika
berdakwah seorang diri, ditinggalkan oleh sanak saudara, dijauhi oleh
kawan, dimusuhi oleh lingkungannya, diboikot, dihina habis-habisan,
ditumpahi kotoran Unta. Diusir. Kenapa Alloh kuat sekali menghadapi
semua ini? Penyebabnya adalah, karena beliau ikhlas melakukan apapun
hanya karena Alloh. Orang ikhlas tuh buah dari keyakinan. Kalau tauhiid,
keyakinan pada Alloh sedang menghujam, langsung berubah.
Jadi kalau ada yang bertanya, “Mengapa suami saya rajin Jumatan.
Ngajinya banyak? Ilmunya banyak? Tapi kelihatannya ke Allohnya,
akhlaknya belum sesuai dengan ilmunya.” Penyebabnya adalah tauhid-nya.
Karena kalau tauhid sudah benar, yakin dia berubah. Seperti yang
dikatakan tadi, kalau orang selalu merasa ditatap Alloh, dia tidak
berani berbuat maksiat. Di mana kita bisa berbuat maksiat? Sedangkan
setiap saat Alloh Menyaksikan. Ada kamera saja orang tidak berani
mencuri. Ada kamera di dalam lift, orang nggak mau berbuat maksiat.
Alloh Maha Melihat, Alloh Maha Menatap. Asy Syahid, Alloh Maha
Menyaksikan. Ada orang, tidak ada orang, sama bagi orang yang merasa
disaksikan oleh Alloh.
Dakwah Pertama Rosul tentang Tauhiid
Wa
kafa billah hi shahida. Orang yang iklas itu adalah orang yang yakin
Alloh Maha Melihat, Allah Maha Menyaksikan. Kalau orang yakin Alloh Maha
Mendengar, apakah mungkin dia berghibah? Jawab… Mungkinkah mulut akan
sembarang bicara? Tidak mungkin! Orang yang yakin Alloh Mendengarkan
setiap kata-katanya, pasti sedikit bicara. Falyaqul khairan aw liyasmut.
Berkata baik, benar, atau diam. Tidak ada bohong. Mau apa bohong? Tidak
ada ghibah, tidak ada menyebar fitnah, tidak akan ngobrolin kejelekan
orang. Kalau orang banyak bicara, banyak bergurau sia-sia. Banyak
berkata maksiat, itu ciri-ciri dia tidak merasa dilihat oleh Alloh,
didengar oleh Alloh. Padahal Alloh SWT dalam surat Qaaf ayat 18 : Ma
yalfizu min qoulin illa ladaihi roqib wa atid. Tidak ada satupun
kata-kata kecuali ada malaikat pengawas yang selalu mencatat. Alloh Tahu
isi hati, malaikat mencatat apa yang terucap. Alloh Tahu apa yang
menjadi sumber dalam setiap ucapan. Jadi kalau ada ibu-ibu rajin ke
pengajian tapi masih sering ngobrolin orang, yang tidak sepantasnya
diobrolkan, berarti tauhid-nya belum bagus. Ilmu boleh banyak, ibadah
boleh rajin, tapi kalau tauhid tidak bagus, akhlak sudah berubah.
Bisa
jelas, hadirin? Itulah sebabnya 13 tahun pertama Rasulullah berdakwah
adalah tentang tauhid. Sebelum perintah muamalah, sebelum perintah
perang, sebelum perintah poligami, sebelum perintah bersedekah, sebelum
perintah berzakat, sebelum perintah lain, yang pertama dididik adalah
tauhid. Karena kalau tauhid sudah masuk ke dalam hati, dunia hilang.
Tidak berat menafkahkan harta, bahkan nyawa sekalipun. Tapi kalau Alloh
belum masuk ke hati, dunia Tuhannya. Pelit ini terjadi karena belum
yakin rejeki dari Alloh. Kalau yakin Alloh yang membagikan rejeki,
enggak ada licik. Mau apa licik? Alloh Maha Kaya, tidak perlu pakai
licik. Alloh melarang licik. Masa’ karena kita jujur kita tidak diberi?
Tidak akan ada korupsi. Kenapa di Indonesia korupsi merajalela.
Karena tauhid-nya belum bagus. Kalau tauhid bagus, mau apa korupsi,
hah? Alloh Maha Kaya memberi rezeki kepada makhluk-makhluk yang segini
banyaknya, beres. Benar? Kalau yakin kepada Alloh, Tauhid bagus. Adem!
Kenapa
hati gelisah? Karena berharap sesuatu dari selain Alloh. Berharap
dipuji, gelisah. Berharap dihargai, gelisah. Berharap dibeli, gelisah.
Berharap dicintai, gelisah. Makin berharap dari selain Alloh, nggak enak
di hati. Benar? Tapi kalau harapannya hanya kepada Alloh, adem. Alloh
Maha Dekat. Orang, siapa yang dekat dengan kita? Sedeket-deketnya orang,
banyak jauhnya.
Tauhiid: Sumber Keyakinan Rosul dalam Hidupnya
Kenapa
Rasul rendah hati? Kenapa Rasul dermawan? Kenapa Rasul akhlaknya indah?
Kenapa Rasul sangat kuat menghadapi cobaan? Kenapa Rasul pemberani?
Semua sumbernya satu. Apa? Tauhid. Keyakinan kepada Laa ilaaha Illallah.
Contoh, Rasulullah berani bertempur. Perang, berada di barisan yang
paling depan. Suatu saat di Madinah, ada suatu ledakan. Para sahabat
berkumpul. Ketika mendekat ke sana, Rasulullah sudah datang dari sana.
Rasulullah tidak takut melawan siapapun karena makhluk itu ciptaan?
Alloh. Orang Quraisy ciptaan siapa? Alloh. Siapa yang ngasih makan orang
Quraisy? Siapa yang Ngasih rejeki mereka? Alloh melihat rahasia orang
Quraisy? Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan mengadakan rapat. Alloh tahu
tidak rapatnya? Tahu, tidak? “Tapi mereka rapatnya di tempat yang
tersembunyi.” Adakah yang tersembunyi bagi Alloh? Mereka bisik-bisik.
Adakah yang tidak terdengar oleh Alloh? Tidak ada! Semuanya! Allah Maha
Melihat! Wallohu khobirum bima ta'malun. “Dan Alloh Maha Mengenal, Maha
Mengetahui apapun yang kamu lakukan.” Tidak ada yang tersembunyi. Sama.
Jaman sekarang juga sama. Yang mau bersiasat, sok aja siasat. Alloh Maha
Mendengar, Maha Mengenal.
Saat Perang, Rosul tahu nyawa tuh
tidak pernah tertukar. Tidak ada yang mati, kecuali memang sudah
ajalnya. Walikulli ummatin ajal, fa iza jaa a ajaluhum la yastak khiruna
saa'ah wa la yastaqdimun. “Setiap umat sudah ada ajalnya. Kalau datang
yang ditetapkan, tidak bisa mundur, tidak bisa maju.” Yang belum
waktunya meninggal, Khalid bin Walid, itu perang begitu banyak. Apa
beliau terbunuh di medan perang? Tidak, walaupun dia sangat ingin. Jadi,
lebih tenang hidup ini. Rasululloh juga dermawan. Punya selembah
kambing, ambil (semuanya diberikan). Punya emas, ambil (semuanya
diberikan).
Makin yakin ke Alloh, tingkatan yakin beragam. Abu
Bakar Asy Shiddiq, yakin ke Alloh. Harta semua diberikan. Umar bin
Khattab, semoga Alloh Ridho, yakin ke Alloh, separuh hartanya diberi.
Kita? Abu Bakar seluruhnya, Umar bin Khattab setengahnya. Kita? (jamaah
ada yang jawab: “Seperempat”). Seperempat? Kita buktikan nanti, ya.
Ketika waqaf dibagikan, kita lihat apa yang nanti dikeluarkan.
Alloh Maha Tahu Lebih dari yang Kita Tahu
Itulah
keyakinan kita. Kalau yakin Alloh Maha Melihat, ini harta milik Alloh,
waqaf itu bekal kembali ke kita, tidak berkurang harta dengan sedekah.
Keluarkan semuanya. Bagaimana dia bisa mengeluarkan semua isi sakunya?
Karena sudah tahu isinya dua ribu. Ya? (bergurau, jamaah tertawa).
Yakin
rejeki itu milik Alloh? Hah, bagaimana tidak yakin kita, ya? Di perut
ibu dulu kita nggak ngerti apa-apa, cukup rejeki kita, ya? Tangan jadi,
kepala jadi, rambut jadi, tanpa mengerti, dan ibu pun nggak mengerti,
bagaimana bikin rambut anak, jantung anak. Apa ibu makan sari ijuk untuk
menumbuhkan rambut? Tidak… Waktu bayi, tidak ada tenaga, tidak ada
ilmu, tidak ada pengalaman, rejeki cukup? Cukup… (Lalu kita) Makan…
Sampai bisa sebesar ini. Sampe sekarang rezeki cukup? Jangan mengeluh
kalau kita makannya sederhana. Alloh tahu makanan sederhana. Makanya,
ada waktunya Alloh Ngasih gado-gado, sate, kerupuk udang, es krim di
kondangan ya? (jamaah tertawa). Itu perbaikan gizi. Eh, beneran hadirin.
Alloh Menciptakan syareat aqiqah di antaranya untuk yang jarang makan
daging. Semuanya udah sempurna., jangan risau. Ini yang manjangin kuku,
coba lihat. Karena Alloh yang maha Sempurna, mengatur semuanya. Yang
manjangin kuku, ada perintah gunting kuku, dibuat kuku ini tidak ada
rasanya. Coba kalau digunting, sakit. Haduuh… jerit tiap jumatan (saat
memotong kuku). Ini benar tidak ada rasanya kuku ini, hadirin. Alloh
yang Menciptakan perintah gunting kuku, Alloh Tahu kalau kuku ini sakit
kita nggak akan gunting-gunting. Makanya yang manjangin kukunya, bukan
jarinya. Alhamdulillah…
Rambut, segini banyaknya, tidak ada
rasanya (waktu) digunting, tuh. Alloh Maha Tahu karena dia yang
menciptakan rambut. Dia yang kasih makan ke tukang cukur, Alloh kasih
makan ke pabrik gunting cukur, dipanjangkan rambut. Nggak ada rasa nih
rambut. Coba kalau tiap rambut perih, ke tukang cukur akan jadi ladang
pembantaian. Kalau tiap rambut mengeluarkan darah seperti apa, hadirin?
Muncrat, itu. Makanya jangan ragu, beres kok semuanya. Ya? Ini harus
nambah iman, nih. Kenapa mata nggak? Kan bahaya ini. Gigi gimana? Kalo
kepanjangan?? (Jamaah tertawa). Makanya, udahlah, beres. Jangan risau.
Alloh yang cukupi. Tinggal patuh ke Alloh. Jangan cemas tentang janji
dan jaminan Alloh. Innallaha la yukhliful mi'ad. “Janji Alloh itu
pasti.” Alloh lagi Mendengarkan kita. Jangan takut dengan segala janji
dan jaminan Alloh. Itu pasti. Yang takut itu justru bukan tidak punya
rejeki, tapi takut tidak yakin kepada Alloh yang Memberi rejeki. Takut
tidak punya jujur ketika kita menjeput rejeki kita. Takut tidak punya
syukur kalau Alloh sudah Ngasih. Takut tidak punya sabar ketika Alloh
mengambil rejeki. Takut hati kotor kepada rejeki yang Alloh berikan ke
orang lain. Kalau orang sudah yakin kalo Alloh Maha Pembagi rejeki,
tidak akan kita mau licik.
(Misalnya) Kita dagang berlima,
jualannya sama, nggak apa-apa. Tidak jadi beli ke kita, trus beli ke
dia, nggak apa-apa. Sesuka Alloh, iya kan? Lah dia juga hamba Alloh,
masa’ nggak boleh dia dapet rejeki? “Iya, tapi saya ini dapetnya cuma
lima ribu, masa’ dia sepuluh ribu?” (mungkin) Alloh tahu kontrakannya
mau abis. Anaknya mau sekolah. Cicilannya jatuh tempo. Alloh Maha Tahu
persoalan sebelah kita ini, kenapa kita nggak rela? Suka-suka Alloh dong
ngasih rejeki sepanjang halal, berkah, kita ikut senang. Benar? Enak
tidak kira-kira kalau seorang pedagang yang ma’rifat ke Alloh. Enak
tidak? Nggak ada takutnya. “Wah, ini musim krisis ekonomi” Ya nggak papa
ini dari dulu sudah krisis. “Uh, bensin naik.” Hah, dari dulu juga udah
sering bensin naik, masih pada hidup, kan? Yang kasihan pada demo, trus
ada yang dijahit.mulutnya. Habis itu dibuka lagi, makan lagi. Nggak
usah risau. Benar? Yakin, Tauhid ke Alloh. Jangan takut. Takut tuh kalau
tidak punya keyakinan. Itu yang masalah. Anna inda zhanni `abdi. Aku
sesuai dengan prasangka hambaKu.
Yakin kalau Alloh bakal
ngebayarin utang? Alloh pasti tahu nih, kita berpikir “Alloh Maha Kaya”.
Saya inget waktu mau beli tanah, dulu, buat bangun pesantren. Harganya
naik terus. Tegang nih. Sekarang masih 200 ribu, tiba-tiba jadi 300
ribu, trus jadi 500 ribu. “Kiyai, gimana nih, harga tanah naik terus,
kita nggak punya uang.” Saya bilang, “Kenapa pakai tegang? Minta sedikit
ke Alloh, minta banyak ke Alloh. Minta banyak aja sekalian.” Eeeh,
lunas tuh. Beres. Ada seorang ulama pimpinan pesantren, “Ayo, dibongkar
ini masjidnya.” Lalu stafnya bilang, “Uang dari mana, jamaah kita
kenclengnya pada sedikit.” “Karena kamu nganggep rumah Alloh tuh datang
dari kencleng, maka jadinya cuma segitu. Rumah Alloh nih milik Alloh!
Alloh yang membangun. Minta ke Alloh! Bikin perencanaan yang bagus,
bikin manajemen yang bagus, yakin Alloh yang ngebangun. Terserah Alloh.
Nggak usah ngandelin kencleng.” Akhirnya jadi tuh, sekarang sedang
ditiru di pesantren. “Wah, ini memerlukan 1,7 miliar.” Alloh Maha Kaya.
Anehnya, sampai saat ini cukup aja untuk membayar bangunan. Makanya
nanti sodara mau diberi kesempatan. Ini bukan minta, tapi ngasih
kesempatan. Kalau mau wakaf, manfaatkan. Masjid Daarut Tauhiid, dengan
ijin Alloh, tiap waktu sholat penuh orang. Pahalanya sampai kepada yang
mewakafkan. Yakin ke Alloh, sempurnakan syareat, jalan. Jelas hadirin?
Yakin ke Alloh tentang Jodoh
Bagi
orang yang yakin kalau jodoh Alloh yang Ngatur, nggak tegang, tuh.
“Tapi umur saya udah kepala empat, A’.” Memang Alloh terpengaruh dengan
umur saudara? Hah? Ini baru kejadian kemarin, tuh. Ada (orang) sekitar
umur 56, ketemu dengan yang umurnya 56. Jodoh! Itu pacar waktu SMP
katanya. Yang ngasih umur, Alloh. Yang ngasih jodoh Alloh. Masa’ Alloh
terhalang oleh umur? Sedang umur dia yang Nyiptakan. “Tapi hidung saya
pesek, A’.” wah, menghina banget kepada Alloh. Jangan nyebut pesek,
pesek juga berlubang, kan?! Sodara, yang bikin wajah kita siapa? Alloh.
Mungkinkah Alloh terhalang jodoh untuk kita gara-gara wajah yang Dia
Bikin? Jawab. Kan nggak masuk di akal? Mungkin Alloh nanti Ciptakan si
calonnya memang spesialis yang seneng yang pesek. Jadi kalau nanti
ngeliat yang pesek tuh katanya seksi. Lihat yang bibir tebel ada yang
seneng, ya? Kata orang, kamu mah kayak radial. Kata jodohnya sih enggak.
Masih inget Kang Atok? Dia lumpuh. Tangan kaku, bicara susah.
Bergerak sulit. Tapi karena punya keyakinan ke Alloh, “To, apa
keinginannya?” “Saya ingin punya anak, A’.” “Kenapa?” “Saya kalo
meninggal, ingin didoakan oleh anak. Saya nggak sekolah tinggi,
mudah-mudahan anak saya bisa jadi ulama. Bermanfaat.” Saya ingat banget
perkataan beliau. “Tapi kan punya anak, harus punya isteri dulu.” “Ya
iya, saya juga ngerti.” “Gimana nyari isterinya, To?” “Kan ada Alloh,
A’. Alloh yang Nyiptakan laki-laki, Alloh yang Nyiptakan perempuan.
Alloh yang menjodoh-jodohkan. Orang lain juga dikasih jodoh. Masa’ saya
enggak. Gini-gini saya juga bikinan Alloh.” Ada, Alloh Mendengar
(omongannya). Alloh Maha Mendengar. Digerakkan itu akhwat, Mbak
Kustinah. Datang, “Saya siap jadi isterinya.” “Gimana dengan orang tua?”
Dibalikkan oleh Alloh (hati) orang tuanya, setuju. Nikah. Sah. Hamil.
Melahirkan. Selamat, baru sesudah itu ibunya meninggal. Atok diurus oleh
anak dan isterinya. Beberapa tahun lalu (dia) nelepon, “A’, doakan,
A’…” “Kenapa, To?” “Isteri saya…” “Kenapa isterinya?” “Hamil lagi…”
(Jamaah tertawa) Sekarang sepasang tuh, anaknya.
Ada yang punya
harta melimpah, belum punya anak. Atok, diem-diem, dua tuh (anaknya).
Sepasang. Alloh yang Ngatur jodoh. Bergerak susah, dari sini ke sana
mungkin satu jam. Bibirnya sudah pecah, giginya sudah habis karena jatuh
ke depan. Alloh yang Mengurus, digerakkan seorang akhwat. Alloh
Penguasa segala-galanya. Innallah 'ala kulli syaiin qādir. Tuh,
menangnya husnudzon ke Alloh kayak gitu. Sudah, sudah… ini yang belum
punya jodoh ada harapan lagi sekarang. Kemarin sudah hampir punah
harapan (jamaah tertawa). Tapi jodoh nggak harus ketemu di dunia semua,
ya? Adik saya meninggal sebelum menikah. Padahal sebelum meninggal ada
tuh akhwat yang mau jadi isterinya. Adik saya lumpuh juga. Kaku,
berbaring karena keadaannya yang semakin parah. Tapi sebelum menikah,
meninggal. Usia 25. Mudah-mudahan ketemu jodohnya nanti di surga. Nah,
buat yang nggak kebagian di dunia, jangan putus harapan. Asal ke sorga…
karena kalau di tempat yang satu lagi (neraka) nggak sempat. Pas lagi
direbus… air nanah… wah repot. Na'udzubillahi min dzalik.
Yang
belum punya jodoh, sing yakin ke Alloh. Dunia cuma sebentar. Nggak lama,
lah. Mau kulit item, putih, tinggi, pendek, semuanya milik Alloh. Kalo
Alloh mau memberi, Innama amruhu iza arada sai an ayyaqula lahu kun
fayakun, selalu ada jalan. Kalau Alloh Menetapkan sebuah takdir, maka
Alloh Menciptakan takdir, menciptakan sebab, sampai terwujudnya takdir
ini. Nih, seperti hari ini (MMQ di Masjid Istiqlal). Takdirnya, kita
harus jumpa. Diciptakan penyebabnya oleh Alloh. Saya dibuat sehat, dari
BSD ke sini tidak bawa kendaraan, digerakkan, ada yang mau nganter
sampai sini (Masjid Istiqlal). Sodara macem-macem dari sana-sini, karena
takdirnya hari ini ketemu, ada yang dibonceng kawan. Ada yang naik
ojek, tukang ojeknya ikut ngaji. Iya, nggak? Ada yang diancam oleh
suami, “Ngaji nggak, bu?” (bergurau, jamaah tertawa). Maka jangan pernah
putus harapan dari Alloh.
Alloh suka: lakukan, Alloh tidak suka: tinggalkan
Itulah
salah satu di antara mengapa kita paham Rosululloh itu tidak kenal
menyerah, tidak mengenal lelah, tidak ada keluh-kesah! Ini penting nih.
Pernah ada riwayat tentang Rosul yang mengeluh? “Aduh, Asyiah… Kacau,
kacau… repot tuh orang Tho’if. Ya dihajar ajalah…” Nggak ada tuh
kata-kata itu. Rosul capek. Pulang ke rumah isteri sudah tidur, pintu
dikunci. Tidur di luar. Beres. Tidak ada keluh kesah. Anak beliau
meninggal, beliau keluar air mata. Ditanya, “Engkau menangis ya, Rosul?”
“Ini air mata sayang” Tapi tidak ada hati tidak terima terhadap takdir
Alloh. Makanya, orang-orang yang tauhid-nya bagus, nggak mau
keluh-kesah. Mau ngapain mengeluh ke orang?
Begini, kalau lampu
lagi mati, trus ada yang memukul, “Wah, siapa nih yang mukul?” sambil
marah-marah. Lalu begitu lampu nyala, ternyata yang mukul itu guru atau
ustadz kita, eh, malah nyium tangannya. Kenapa? Karena beliau tahu, “Oh,
ini guru saya, yang tiap hari ngajarin ilmu, yang tiap hari ngedoain,
yang malah ngasih rejeki”. Dipukul oleh orang yang dia hormati, nggak
marah. Kita, disentuh sedikit (Oleh Alloh), masa’ kita ngambek sama
Alloh? Sedangkan yang menciptakan kita siapa? Yang Ngasih rezeki setiap
saat siapa? Kita tinggal di bumi milik siapa? Siang-malam yang ngurus
tubuh kita siapa? Yang nutipin aib siapa? Yang ngasih pahala siapa?
Masa’ disentuh, kita ngambek? Protes? “Saya nggak terima.” Mau nggak
terima gimana? Kita nih milik Alloh, mau sesuka Alloh Digimanain juga.
Iya, kan?! Pasti baik kok (maksudnya). Mungkinkah kita adukan perbuatan
Alloh ke orang? Berani? Masa’ Alloh disebut ngasih takdir nggak bener,
segini rapihnya, ya? (sampai menunjuk wajah). “Masa’ saya ada jerawat
dua tahun? (menunjuk ke pipi)” Kenapa jerawat yang dipikir, tetangganya
jerawat, hidung, nggak diomongin? Segini komplit, lengkap, beres, ya
kan? Pori-pori nggak usah kita urus, diurusnya oleh Alloh. Coba kalau
tiap pori-pori harus diurus oleh kita?
Adakah ujian dari Alloh
yang tidak diukur oleh Alloh? Alloh sudah tahu keadaan kita? Mungkinkah
Alloh Memberi cobaan yang tidak sanggup kita memikulnya? Alloh Maha
Adil, artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Alloh yang Maha Baik,
yang selama ini berbuat baik kepada kita, suatu saat Alloh akan
membersihkan kita dari dosa, suatu saat Alloh akan mengangkat derajat
kita, masa’ kita protes? Pantes, nggak? Jangan… Bulan lalu saya masih
dikejar-kejar wartawan keluar pas keluar dari sini, ya? Tungguin aja,
sok… sampai habis omongan dia. Dia nggak pernah tahu apa yang terjadi
sebenarnya. Mau caci maki, sok caci maki. Pasti balik kepada yang
nulisnya. Nggak akan kena ke kita omongan orang. Yang kena ke kita
omongan kita sendiri. Nggak bahaya… yang bahaya itu keburukan kita.
Maka,
sodaraku sekalian, sing sibuk dengan dua hal aja dalam hidup ini: Alloh
suka, lakukan dan Alloh tidak suka, tinggalkan. “Hayya 'ala solah…”
Kita lagi ngobrol. Apa yang Alloh suka? Terusin ngobrol, atau ke masjid?
“Eeeh… mau ke mana, men?” “Maaf, Alloh suka nih kalau saya ke masjid”.
Wudhu di rumah atau wudhu di masjid? Di rumah. Jangan pas kebelet baru
ke masjid. Sedekah cuma 500, septitank penuh. (jamaah tertawa). Sampai
di masjid, langsung duduk nih. Alloh sukanya tahiyatul masjid atau
langsung duduk? Tahiyatul masjid… Makanya saya tadi ngumpet dulu. Saya
tadi juga milih, kalau saya tahiyatul masjid di sini (di depan jamaah),
bisa rusak sholat saya, ya? “Wah, ruku’nya mesti dilamain, nih.” Maka
sembunyi sajalah. Lebih aman. Kalau sholat jamaah, khususnya buat
laki-laki, deket tiang atau di shaf utama? Maju… walaupun rada males.
Misalnya
pas di dalam kabar mandi, kita sedang antri dan setelah ini giliran
kita. Lalu di belakang ada orang yang sudah menyilangkan kakinya (tanda
kebelet sekali). Artinya, itu emergency. Coba, mana yang Alloh sukai?
Kita masuk dan kita puas dia “keberosotan” di sana atau kita menyilahkan
dia duluan? Pikir, “Alloh pasti sukanya pasti menolong.” Nggak setiap
hari posisi kayak gini. Iya nggak? Ini posisi emergency, siapa tahu
suatu saat nanti kita mengalami posisi yang sama. Nggak ada urusan kita
dengan dipuji. Urusan kita, Alloh suka, lakukan. Alloh tidak suka,
tinggalkan. Kalo ada yang nanya: Kenapa kamu, kok baik banget,
ngantrinya kan lama.” Jawab aja, “Alloh pasti suka”. Nggak ada urusan
kita dengan dipuji. Urusan kita, Alloh suka: lakukan, Alloh tidak suka:
tinggalkan.
Ada kucing, yang kepalanya dimasukin orang ke kantong
kresek. Apa yang Alloh sukai? “Ya Alloh, Engkau takdirkan kucing ini
lewat di depanku. Ada anak-anak kecil, emang salah satu dari anak itu
anaknya kepala sekolah, anak atasan. Nggak papa, bilang “Nggak boleh
gitu, sayang”. Bukain plastiknya. Ini memang udah takdir kita ngelihat
zhaliman kecil-kecilan kayak gitu. Eh, udah dibuka, kucingnya malah
ngencingin. “Kucing nggak tahu diri”. Kata kucing, “Mas… say amah cuma
kucing…” mungkin ya (dia ngomong kayak gitu, “kerjaan saya bertasbih.
Saya ngencingin pakaian mas, itu karena saya memang ditetapkan Alloh
harus ngencingin Mas. Coba deh, tafakurin mas, berapa bulan celana ini
nggak dicuci?” (Jamaah tertawa). Mungkinkah kucin ngencingin sarung kita
sembarangan? Tidak! Kucing mah nggak ngerti apa-apa. Tergantung Alloh
Menetapkan siapa yang harus dikencingin. Ya? “Makasih, Cing. Kamu saya
tolong ngelepasin dari kantong kresek. Kamu nolong saya ngelepasin dari
celana yang banyak kotorannya ini. Emang udah dua setengah bulan, Cing.
Sengaja saya pakai celana hitam biar nggak kelihatan kotorannya.”
(Jamaah tertawa)
Ah… kalau dengan Alloh terus mah, semua asyik.
Lagi jongkok di WC, ada kecoa terpeleset sampai terlentang. Hayo… Alloh
sukanya gimana? Pakai sandal jepit? (Jamaah ketawa). Jawab atuh hadirin,
jangan ketawa, ini teh ilmu tauhiid. Apa? Ditolong. Itu kecoa lagi
bertasbih.
Sampai keluar, mau naik angkot. Semua (yang di dalam)
akhwat. Kita lelaki sendiri. Ini rejeki atau cobaan? Siapa yang bilang
rejeki dicatet loh hadirin (jamaah tertawa). “Ya A’, akhwatnya juga
majelis taklim kasepuhan.” Oh ya, rejeki kalo itu mah, yah. Siapa tahu
nanti sodara disuruh ngangkut-ngangkut barangnya. Tapi kalau di dalamnya
remaja semua, turun. “Wah, rugi A’, jarang ada momentum kayak gini.”
Iya, sodara emang mau pas turun dikejar anjing. Cobaan, itu. Harus
berani mikir lebih dalam.
Mau merokok, “Wah, Alloh ridho tidak,
nih?” Alloh suka tidak, nih dengan rokok ini? Baca bungkusnya, Takdir
Alloh, cuma nggak ditulis bungkusnya di sana, merokok dapat ditakdirkan
berpenyakit kanker, serangan jantung, impoten, gangguan kehamilan dan
janin. Ini pasti barang nggak bener, nih. Kalau barang bener, meminum
obat ini: badan segar, fitalitas tinggi, sodara akan kuat dan prima.”
Terbukti kan kalau kita merokok, pasti bermasalah. Kalau nggak percaya,
beranikah sodara mati dalam keadaan menghisap rokok? Coba bayangkan
kalau Rosululloh ngerokok, nggak kebayang sama sekali. Udahlah, jangan
lakukan yang Alloh tidak ridho. Setuju?
Misalnya lagi makan
permen. Bungkusnya mau dibuang sembarangan, taro di saku atau dikunyah?
(jamaah tertawa). Bangun tidur, Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da ma
amatana wa ilaihin nusyur. Tempat tidurnya, Alloh ridho yang mana?
dibereskan atau dibiarkan berantakan? Beres-beres tempat tidur tuh bukan
karena pengen kelihatan rapih, bukan masalah ingin dipuji. Enggak ada!
Soalnya Alloh suka yang beres dan rapih. Buktinya, gigi kita beres. Alam
ini beres. Pengen kan Alloh ridho terus sama kita. Trus lagi gosok
gigi, keran dibuka, air terbuang. Alloh ridho tidak? Matikan… pakai air
secukupnya. “Kenapa? Kamu kan punya uang cukup buat bayar air?” “Saya
punya rejeki buat bayar air tapi setiap yang berlebihan, Alloh nggak
suka.” Enak? Jelas hadirin?
Keluar dari WC, wah bau nih. Bukan
gembira. “Wah, setelah yang masuk habis ini rasakan” (Jamaah tertawa).
Itu zhalim, hadirin. Alloh Tahu, nih. Siapa yang buang angin pura-pura
(nggak tahu), Alloh Tahu, tuh.
Ibu-ibu, perlukah ibu ikhtiar
agar suami suka sama ibu? Tidak perlu… yang perlu mah ibu diridhoi oleh
Alloh. Hati lelaki itu tidak di tangan ibu, tapi dalam kekuasaan Alloh.
Perlukah seorang mubaligh dicintai umatnya? Jawab… tidak perlu!
Keperluan dalam dakwah ini cuma satu: Alloh nerima, Alloh ridho. Cukup.
Kalau Alloh mau, tinggal dibalik-balikkan hatinya. Begitulah hadirin.
Kelihatannya Rosululloh di sana itu kuncinya. Tidak sibuk cari muka.
Akibatnya, ribuan kilometer, ribuan tahun, cinta hati kita kepada Rosul.
Alloh Maha Tahu isi hati. “Dan kami mengetahui apa yang dibisikkan di
hatinya.’ Udah, sekarang mah, nyapu karena? Alloh… Beres-beres karena?
Alloh… “Kenapa knaplotnya diganti dari yang (bunyinya) keras jadi
kecil?” “Saya tahu lah kalau knalpotnya (suaranya) keras kayak gini
Alloh nggak suka, ganggu tetangga.”
Ibu, kalau dandan, didempul
misalkan lima lapis. Ibu jangan mikir ke mana-mana. “Alloh suka nggak,
nih?” Pakai lipstik. Kalau tebel-tebel, Alloh suka nggak nih? “Ah,
kayaknya kalo ketebelan Alloh kurang suka.” Lap saja pakai tisu. Yah?
Ini (bedak) terlalu tebeal, ntar kalo wudhu suka nggak ikhlas. “Itu ada
totol-totolnya tapi.” Nggak papa, itu nggak bahaya. Kalo ibu make up-nya
kebetelan, pas gerimis (akan) stres, takut ikut hanyut make up-nya. Mau
wudhu juga nggak tulus. (Aa Gym memperagakan tangan yang mencipratkan
air dikit-dikit ke wajah). Mendingan ketauan sekalian, beres. Ya? Nggak
usah takut oleh penilaian orang. Takut mah cuma satu: Alloh tidak ridho.
Orang mau sebel ke kita, kalau Alloh ridho, rugi nggak? Nggak ada
ruginya, nanti ada waktunya
0 komentar:
Posting Komentar